Jika beberapa bulan lalu aku memposting sebuah tulisan yang menceritakan tentang berat badanku yang naik dengan cepat, maka kali ini justru sebaliknya.
Baru dua hari berada dirumah setelah menjalani transfusi lima (5) kantong trombosit darah disebuah rumah sakit suasta aku dikejutkan dengan longgarnya cincin emas yang beberapa bulan lalu sangat sulit aku lepaskan meskipun sudah menggunakan sabun, lotion bahkan minyak jelantah.
Tanpa kesulitan yang berarti aku bisa dengan mudah mencopot cincin yang memiliki nilai historis cukup tinggi dalam kehidupanku itu dan hanya dengan dua putaran kecil, cincin itu benar benar telah terlepas dari jari manisku.
Disatu sisi aku cukup surprise karena benda yang aku sayangi itu tidak jadi aku potong pada beberapa bulan lalu namun disisi yang lain aku cukup merasa was was bahkan ketar ketir karena alangkah cepatnya bobot tubuhku anjlog padahal indikasi kenaikan leukosit dan turunya kadar trombosit dalam darahku baru berlangsung satu bulan ini saja, itupun sebenarnya sudah aku antisipasi dengan cepat dengan berbagai jurus dan kiat yang kerap aku lakukan layaknya seorang (pendekar) leukemia yang sudah lebih dari sepuluh tahun malang melintang di dunia kanker darah yang penuh misteri Ini.
Selain itu aku juga sudah mulai mengkonsumsi sejenis steroid guna menaikkan kadar trombosit dalam darahku dengan merek REBOZET yang berharga cukup mahal untuk ukuran sebuah obat obatan sejenis suplement, untungnya aku bisa mendapatkanya dengan gratis atas kebaikan hati salah seorang sahabatku yaitu mas Arief dari Sidoarjo, yang tak lain adalah seorang survivor yang telah sembuh total dari leukemia tipe AML.
Mudah mudahan kondisiku saat ini tidak menjatuhkan mentalku yang relatip masih cukup kuat ini karena sebenarnya aku akan menghadapi babak baru dalam perkembangan penyakitku dan pengobatanya ini yang sudah hampir dikatakan resistensi dari glivec dan sudah seharusnya mulai menggunakan obat yang lebih ‘gila lagi harga dan efek sampingnya dari yang sebelumnya. TASIGNA.
Bukan Oce Kojiro namanya jika aku lantas menjadi takut menghadapi hari hari yang cukup berat di kemudian hari nanti, namun diam diam akupun mulai berbenah demi mempersiapkan diri dari kemungkinan kemungkinan yang paling buruk sekalipun termasuk kemungkinan lari dari Tuhan pada saat saat yang paling menentukan ini.
Karena sejauh manapun aku lari untuk mengingkari kenyataan yang akan aku hadapi ini, cepat atau lambat kematian akan tetap datang mencari dan menerkam diriku dan tubuh ini akan benar benar terbujur kaku dan kemudian di pendam seorang diri dalam gelap dan dinginya liang lahat.
Wassalam.
Artikel Terkait :
Leukemia 