Birokrasi Setengah Hati

Posted: February 15, 2014 in Uncategorized

Namanya Ferry,,, Bang Ferry aku memanggilnya karena usianya lebih tua beberapa tahun dariku.
Lelaki gempal berkulit sedikit hitam ini sama sama menempati bangsal perawatan di UGD di RSUD Tangsel. Nafasnya yang pendek dan tersengal sengal itu membuatnya tidak bisa berbaring untuk istirahat dan hanya bisa terduduk lunglai sambil menahan sakit dan lelah. Bicarapun seperlunya saja itupun terbata bata dan sangat tidak jelas seperti orang mengumpat dan sedikit marah.ferry2

Sebenarnya, sejak pagi hari aku sudah melihat sosok lekaki tersebut ketika mengantri di poli penyakit dalam RSUD Tangsel. Dan satu satunya kesalahan yang dibuat oleh lelaki yg lebih banyak bergumam dari pada berbicara itu adalah karena dia datang berobat hanya seorang diri saja ke rsud yang menjadi rujukan dari seluruh pelosok kora Tangerang Selatan, dimana birokrasi masih terjaga dengan baik seperti hampir terjadi di seluruh rumah sakit umum daerah diseluruh Indonesia.

Maka,,, sudah bisa ditebak, kehadiranya menjadi perhatian terutama oleh tenaga administrasi dan perawat yang ‘gemas dan ‘sebal karena dengan kondisinya dia tidak bisa mengurus administrasi dengan baik meskipun secara teori dia bisa saja mendapatkan pelayanan gratis dan cuma cuma karena ia memiliki E-KTP yang dikabupaten Tangsel sudah cukup bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan gratis. Selain itu juga ia memiliki kartu jamkesda yang secara resmi sudah masuk dalam JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) atau yang lagi hangat hangatnya di propagandakan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan istilah BPJS.

Sejak bertemu dengan pria itu di Poli Penyakit Dalam, pria yang ternyata membutuhkan proses HD itu tidak minun dan makan sesuatu sedikitpun, akupun tidak berani menawarkan makanan atau minuman karena jika sudah sesak nafas seperti itu pasien gagal ginjal seperti dia biasanya sudah tidak boleh minum air kecuali hanya sedikit dan itupun hanya dioleskan disekitar mulut dan bibir saja.
Keacuhanya dengan orang orang disekitarnya juga membuat lelaki tersebut seolah dijauhi karena terkesan galak dan sangat tidak bersahabat. Padahal menurutku, ia bersikap seperti itu karena ia sedang berjuang untuk bisa bernafas dengan lebih baik.ferry1

Beberapa kali ia mencoba untuk merebahkan dirinya karena ia sudah kelelahan namun karena menahan sesak dan sakit yang tak terhingga lelaki tersebut kembali duduk di ranjangnya dengan wajah tertunduk. Dan beberapa kali ia hampir jatuh tersungkur karena ia lebih memilih duduk dengan kakinya yang terjulur kebawah sebelum salah seorang pengantar salah seorang pasien UGD mengangkat tubuh gempalnya keatas ranjangnya untuk disandarkan.

Pukul 22.00 atau jam sepuluh malam salah seorang kerabatnya ada yang datang dan langsung mengurus administrasi pendaftaran yang belum di stempel karena belum di fotocopy serta beberapa birokrasi yg belum satupun dijalankanya termasuk menebus resep obat yang sebenarnya hanya tinggal menyerahkan saja ke apotik rsud dan obat akan segera diberikan tanpa harus membayar sepeser pun.

Sialnya,,, sejak siang di UGD dia belum bisa mendapatkan suntikan apapun atau obat sebutirpun sebagai penawar sesak nafasnya. Lebih gila lagi,,, ternyata apotiknya berada di depan ruang UGD itu sendiri, hanya perlu berjalan sepanjang beberapa meter saja dari pintu masuk ke UGD. Jika saja ada salah seorang diantara banyak perawat perawat di ruang UGD RSUD tersebut memiliki hati dan jiwa pengabdian sebagai seorang pelayan masyarakat yang baik, maka sudah sejak siang tadi lelaki tersebut sudah bisa mendapatkan obat serta tidak menderita yang berkepanjangan seperti itu.

Faktanya,,, tidak sampai setengah jam setelah salah seorang kerabatnya datang, ia sudah bisa mendapatkan obat obatan yang dibutuhkanya serta ruangan dilantai 3 untuk sekedar beristirahat dengan sedikit lebih nyaman. Dan kamipun yang sebelumnya tidak faham dan tidak tahu apa yang ada di benak lelaki bertampang garang itu pun bisa sedikit lega karena ternyata ia bukanya tidak ingin bersahabat pada semua orang namun sebenarnya dia sedang berusaha mati matian untuk mempertahankan hidupnya sendiri sehingga ia mengabaikan situasi dan kondisi yang ada disekitarnya.

Sebuah kenyataan yang sebenarnya hampir bisa kita saksikan setiap hari di negri yang pernah disebut oleh seorang (bocah) Justine Bieber sebagai negri “antah berantah” dan membuat banyak petinggi di negri ini berang dan seperti kebakaran jenggot, namun tetap mempertahankan birokrasi sebagai lambang kepatutan dan ketertiban administrasi sebuah negri yang beradab. Indonesia.

Wassalam.

Tulisan Terkait :

– Buku Tamu.
– Forum Leukemia.
– Hydrea 500mg.

“Semua Tulisan Oce Kojiro”

Komentar Anda :