Pejuang Leukemia (1)

Posted: July 3, 2012 in Uncategorized
Tags: , , ,

Rachel nama gadis cilik itu, usianya baru 9 tahun dan ia anak pertama dari dua bersaudara, namun ketegaran dan kekuatan hatinya melebihi anak seusianya yang mana selama menjalani kemoterapy dia tidak pernah menunjukkan kepedihan dan kesakitan yang dialami oleh tubuh kurusnya kepada orang lain, terutama kepada ibundanya yang seorang ‘muallaf dan seorang ‘single parent itu.

Para dokter dan perawat yang bertugas dilantai tiga Rumah sakit Fatmawati yang merupakan sebuah bangsal khusus untuk anak anak itu juga sudah menganggap gadis cilik itu sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari, karena Rachel sering berkeliling kamar dibangsalnya untuk mendatangi para dokter serta perawat bahkan teman temannya untuk sekedar bercengkrama disela waktu menjalani kemoterapi.

Hal itulah yang  menjadikannya sangat populer serta menjadikan gadis kecil itu sebagai ikon bangsal tersebut. Sikapnya yang periang membuatnya mudah akrab dengan siapapun termasuk denganku, meskipun aku baru mengenalnya dalam beberapa menit saja, dan dengan cerianya dia memamerkan sebuah selang infus dilengan kanannya yang baru saja dipasang oleh salah seorang perawat untuk digunakan menjalani sesi lanjutan kemoterapy yang akan dilaksanakan beberapa saat lagi.

Dari balik jendela  aku hanya bisa melambaikan tangan sementara senyum gadis kecil itupun mengembang sempurna sebelum sebuah masker berwarna biru menutupi sebagian wajah gadis kecil tersebut untuk menjaga tubuh kecil rentan itu  agar tidak tertular berbagai kuman penyakit dalam masa masa kemoterapi,  karena sistem kekebalan tubuhnya sedang di bombardir dengan guyuran obat sitostatika yang dapat merontokkan rambut serta membuat ruam pada kulit (gosong) dan terlebih lagi membuat penderitanya sangat menderita karena kesakitan.

Kamar nomor 328 rumah sakit fatmawati sudah seperti rumah baginya, dan gadis kecil yang rambutnya sudah hampir plontos karena rontok itu menjalani hari harinya dengan penuh keceriaan. Sejak bulan Desember tahun lalu atau selama lebih dari delapan  bulan ini tidak pernah sekalipun ia meninggalkan rumah sakit tersebut meskipun hanya satu hari, dan dengan keteguhan hati seorang ibu, wanita berkerudung rapat yang akrab dipanggil bunda Tuti itu selalu menemani puterinya siang maupun malam dirumah sakit tersebut sehingga secara otomatis, sampai hari ini tertanggal 3 July 2012 beliau hampir hampir tidak pernah meninggalkan rumah sakit itu kecuali jika ada hal hal yang urgent yang harus dikerjakannya sendiri seperti keperluan  mengambil darah  untuk transfusi puterinya di kantor Palang Merah Indonesia (PMI), atau menebus resep bantuan obat kemoterapy di Yayasan Kanker Indonesia di daerah Menteng.

Ada satu hal yang membuat hatiku begitu terenyuh hingga aku tidak bisa berkata kata ketika bunda Tuti menceritakan bahwa kebutuhan darah untuk transfusi Rachel itu sangat banyak pada setiap sesi kemoterapinya, bahkan pada sesi transfusi terakhir, Rachel harus menerima sebanyak 49 kantung darah dan trombosit.

49 kantong darah ?

Ya,,, cairan darah dan platelet sebanyak itu harus terus menerus dituangkan kedalam tubuh bocah tersebut selama lebih dari enam  hari  tanpa jeda untuk menggantikan cairan darah dan trombosit dalam tubuh kecilnya yang terus menurun karena ganasnya type leukemia yang dia idap yaitu AML dengan sub type L4.

Karena kebutuhan darah bagi Rachel yang begitu banyak, maka pihak PMI (Palang Merah Indonesia) tidak bersedia memberikan darah untuknya kecuali keluarga membawa donor pengganti untuk menggantikan berapapun banyaknya kantong darah yang dibutuhkan dan digunakan oleh Rachel setiap minggunya.

Bayangkan saja,,, jika Rachel membutuhkan 30 sampai 50 kantong darah setiap sesi kemoterapinya, maka otomatis bunda Tuty yang hampir hampir tidak memiliki sanak famili karena beliau telah berpindah keyakinannya menjadi seorang muslimah sejati itu harus membawa donor pengganti yang jumlahnya sama dengan kebutuhan darahnya, dan pertolongan Allah semakin terlihat karena tanpa menunggu komando, banyak warga sekitar tempat tinggalnya di kawasan Bintaro Tangerang Selatan, berbondong bondong untuk mendonorkan darah mereka agar gadis kecil yang baru duduk di kelas lima sekolah dasar tersebut bisa mendapatkan darah untuk dapat melanjutkan hidupnya.

Dan tontonan kebesaran Allah terus berlanjut pada setiap sesi kemoterapi yang telah memasuki tahapan akhir yang genting ini, dimana jumlah relawan yang ikut mendonorkan darahnya pun tidak berhenti mengalir, sekitar 40 sampai 60 orang yang terdiri dari berbagai lapisan masysrakat, baik  mahasiswa maupun pegawai kantoran, ibu rumah tangga sampai anggota TNI, bahkan para jamaah masjid selepas sholat jumat secara serempak juga ikut mendonorkan darah mereka dengan berangkat bersama sama maupun sendiri sendiri ke kantor Palang merah indonesia yang terletak di jalan kramat raya jakarta pusat.

BERSAMBUNG…

PS.
Nomor Telepon Bunda Tuty – 085282911667

Tulisan Terkait :
– Maaf…
– Bunga Kertas (1).
– Selamat Jalan A Tung.

“Semua Tulisan Oce Kojiro”

Comments
  1. guru satap says:

    Subhanalloh…
    Luar biasa Mas Oce, saya sungguh hanya bisa termangu membaca cerita ini.

  2. kakaakin says:

    Subhanallah…
    30 kantung darah itu banyak sekali. Alhamdulillah banyak yang terketuk hatinya untuk mendonorkan darahnya…
    *menantikan sambungan ceritanya 🙂

  3. tiazuka13 says:

    Subhanallah… Hampir buat saya menangis, benar-benar anak emas… ^^
    kalau boleh tahu, darah yg dibutuhkan itu tergantung golongan darah atau tidak? Terima kasih…

  4. ocekojiro says:

    Darah “pengganti yg akan diterima oleh PMI boleh dari golongan apa saja selama sang donor dianggap sehat dan tidak menderita penyakit berbahaya yg bisa menular.

Komentar Anda :