Cinta anak dan istri penderita leukemia

Posted: December 6, 2009 in Uncategorized
Tags: , , , ,

Hai…
Kali ini saya mencoba membuat sebuah puisi yang akan saya ikut sertakan pada lomba penulisan puisi cinta di blognya Pakde Cholik yang sangat tersohor itu.
Saya belum kenal dengan beliau, namun dengan saya terbitkan puisi ini saya ucapkan salam kenal dari saya yang baru belajar membuat blog, menulis dan membuat puisi.

Dan buat istri serta kedua anakku, sekali lagi aku sampaikan bahwa kalian adalah harta dan kekayaanku yang paling berharga didunia ini.
Wassalam.

______________________

dinamit

‘CINTA ANAK DAN ISTRI PENDERITA LEUKEMIA’

Duarr…!

Vonis dokter berupa ribuan kilogram TNT menyebakan sebuah ledakan yang menghancurkan seluruh tubuhku.
Aku masih bisa melihat serpihan otak menempel pada dedaunan, bahkan beberapa jemari tanganku mengusik ketenangan ‘si joy’ seekor kucing tetangga.
Berhari hari, berminggu minggu bahkan bertahun tahun istriku mengais sisa sisa tubuhku dipelataran rumahku sendiri,
beradu cepat dengan sekawanan semut yang mulai menggerogoti darah yang mengering pada tembok pagar,
atau ribuan lalat yang berpesta layaknya menyambut panen raya.

Tanpa menggunakan masker, istri dan kedua anakku terus bekerja, mengumpulkan seluruh potongan tubuhku yang tercerai berai,
dan menyatukan kembali diteras muka depan rumah,
dibawah tatapan ribuan wajah yang mengenakan topeng.

Ya…
Ribuan wajah yang mengenakan topeng.
Dan ludah ludah mereka yang sama baunya dengan nafas pemabuk jalanan, tumpah membanjiri rumah kami sebatas dada, hingga nafas kami sesak dan harus berlindung dibawah ketiak ketiak busuk mereka.

Lampu lampu kilat sesekali berkelebat, membutakan mata kedua anakku yang tak lagi berair mata, hingga tidak mampu menghitung berapa jumlah topeng yang merubungi kami.
Sorot lampu berkekuatan besar pun tak membuat istriku melepaskan lilin yang menyala redup ditangan kirinya, sementara jemari tangan kanannya yang tak lagi lentik, sibuk merekatkan serpihan serpihan tubuhku layaknya sebuah puzzel.

Dengan sebelah mata yang masih belum ditemukan, aku memperhatikan istri dan kedua anakku terus bekerja, tanpa sedetikpun pernah berhenti walau hanya untuk sekedar menarik nafas.

Ahh…
Cinta yang mengharu birukan hatiku
Cinta yang tak sepadan dengan apa yang pernah aku berikan kepada mereka.
Cinta yang membuat mereka berkubang didalam lumpur kesengsaraan.
Cinta…

Ocekojiro.

Artikel Terkait :

– Menanti
– Puisi Dari Sahabat
– Sepucuk Surat Cinta

Comments
  1. Abdul Cholik says:

    Tolong di kata Pakde Cholik diatas di link kehttp://abdulcholik.com/acara-unggulan/acara-unggulan-parade-puisi-cinta/, agar bisa dicatat oleh Juri yang lain.
    Terima kasih atas partisipasinya.
    Saya catat sebagain peserta.
    Salam hangat dari Surabaya

  2. Mas, jadi ikut terharu baca puisinya.Istri Mas betul2 wanita yang tangguh seperti mas yang terus berjuang. Jangan kalah,Mas !

  3. Yella Ojrak says:

    Pinter banget menggambarkan kondisi yang sulit digambarkan! ck-ck-ck… Gimana kalo kumpulin semua puisi bikinan Oce, dijadikan buku, trus diterbitkan? Kaya’nya bakal banyak yang mau beli…

  4. sitinuryani says:

    beruntung sekali nasib sobatku satu ini Allah mengkaruniai seorang istri yg soleha, sabar dan sangat menyayanginya serta Allah juga memberikan anak2 yg sangat pengertian dengan kondisi ayahnya…..
    Mereka tidak merasa berkubang dengan lumpur kesengsaraan sobat justru karena rasa cinta yg teramat sangat menimbulkan rasa pengabdian dan perhatian seperti itu, dengan kamu tersenyum pada mereka itu imbalan yg melebihi dari segalanya……
    Rasa2 yg timbul itu aku juga merasakannya…….

  5. ramudeng says:

    wiii…. keren pak puisinya. wiii…

  6. Kakaakin says:

    Subhanallah…
    selamat, Mas. Ternyata tim yang anda bangun adalah tim yang solid… 🙂
    Begitu cerdas merapikan puzzle, meskipun masih ada kepingan yang kurang…
    Semoga Allah memberikan pertolongan untuk melengkapi kepingan yang hilang itu ya… 🙂

  7. ocekojiro says:

    @Pakde: Makasih Pakde dah mampir, oya masih blom bisa nge link nya tuh… he he

    @Meliana: Makasih ya mel, menang atau kalah bukan tujuan kami, kami hanya menjalankan apa yang menjadi bagian kami, sedangkan selebihnya adalah urusan Allah semata.

    @Yella: Waduuhh… jadi narsis neeh, tapi… boleh juga kalo suatu hari ada buku karangan ocekojiro yang dipajang di Gramedia he he…

    @Sitinuryani: Sepertinya kami sekeluarga masih harus belajar pengabdian dan sabar dari anda yang telah bertahan sekian tahun dengan kanker payudara yang parah, sedangkan sang pendamping hidup berada jauh dinegeri orang.
    Dan tidak pernah terucap keluh kesah dalam keseharianmu.

    @Ramudeng: Trims dah mampir. Oya, blog nya keren, ta link yo…

    @Kakaakin: Dengan atau tanpa kepingan yg belum ditemukan itu, kami berusaha untuk tidak berburuk sangka kepada Allah, insyaAllah…

  8. rurue says:

    mas oce… lagi2 aku terharu baca tulisanmu.. semoga keluargamu diberikan keberkahan ya mas.. terutama buat istri dan anakmu… mas pun harus tetep smangat yah!

  9. Juri PPC says:

    salam
    bundo sedang menghayati puisi mas ocekojiro..

    hmm, ini adalah puisi tentang kita semua.. tentang diri yang penuh kekurangan tapi tetap utuh berkat cinta dari orang-orang terkasih.. terimakasih mas puisimu indah.

  10. CISC Yogya says:

    Oce………..writing and writing……..
    Menulislah………….indah bukan?

  11. BlogCamp says:

    Saya ucapkan Selamat.Puisi anda mendapatkan tali asih dari BlogCamp.
    Mohon dikirimkan nama dan alamat lengkap untuk pengiriman tali asih tersebut melalui email.
    Salam hangat dari Surabaya

  12. Ayu Putri H says:

    stlh mmbca n mnghayatii puisi’a q trasa tkut…. 😥

  13. sipund says:

    memang hrs pilih cara yg gak bikin repot yg msh hidup 🙂
    puisi anda luar biasa. tetap bernafas! salam..

Komentar Anda :