Hidup Harus Terus Berjalan

Posted: March 15, 2012 in Uncategorized
Tags: , ,

Pagi ini tak seperti biasanya, sejak pukul empat dinihari aku bersama istri tercinta sudah sibuk didapur, dibawah tatapan kosong si joy yang terganggu tidurnya, kami kembali berusaha untuk menjemput karunia Tuhan dengan mencoba membuat dua puluh bungkus  NASI KUNING dalam kemasan plastik untuk kami jajakan di warung tempat kami selama ini mencari nafkah.

Sayangnya,,, saking sibuknya mempersiapkan segala suatunya, sholat subuh menjadi seperti begitu lama menyita waktu kami bahkan dzikir pagi pun bablas kami tinggalkan hanya untuk mengejar rupiah yang tak seberapa itu ( Insyaallah besok hari tidak akan terulang ).

Tepat pukul enam lewat tigapuluh menit, pekerjaan kami selesai dan bungkusan bungkusan nasi kuning lengkap dengan balado telur yang kami persiapkan sejak dini hari itupun terlihat begitu menarik dan lezatnya untuk di santap dan berbarengan dengan kedua anak-anaku berangkat kesekolah, akupun juga berangkat mengantarkan dagangan kami itu ke warung kecil kami dimana kami selama ini menggantungkan hidup.

Butuh lebih banyak lagi tenaga karena warung yang aku tuju jaraknya sekitar lima kilometer dari tempat tinggal kami, dan pagi hari bukanlah waktu yang ramah untuk dilalui oleh seorang ‘penyintas leukemia yang memiliki banyak keterbatasan seperti aku ini, apalagi jalan raya yang akan aku lewati ini terkenal sangat semrawut dan macet di beberapa tempat seperti pertigaan cirendeu dan sepanjang jalan pondok cabe raya.

Sesampainya di warung, aku harus kembali merapikan nasi nasi kuning itu karena perjalanan yang cukup berat membuat calon dagangan pertamaku itu sedikit berantakan terutama pada plastik pembungkusnya yang penyok disana sini. Dan setelah menata daganganku di hadapan beberapa orang mahasiswa yang biasa nongkrong di depan warungku, aku baru tersadar bahwa aku sendiri belum sarapan dan jadilah aku pelanggan pertama yang mencicipi kelezatan nasi kuning buatanku itu.

Perjalanan pulang tidak terlalu semrawut dan macet seperti ketika berangkatnya, sehingga aku bisa mengendarai sepeda motorku dengan sedikit lebih santai sambil merenung memikirkan segala apa yang aku lakukan sejak dini hari tadi. Aku membayangkan dan menghitung keuntungan yang kelak akan aku dapatkan jika seluruh daganganku itu habis terjual semua, dimana aku akan mendapatkan keuntungan sebesar tiga puluh ribu rupiah saja. Sebuah jumlah yang sangat jauh dari cukup menurutku, apalagi belum di hitung dengan ongkos serta tenaga dan pikiran yang kami keluarkan.

macetWaktu seperti begitu cepatnya berlalu, dan tepat pukul 10 pagi aku sudah kembali ke warung dan mendapati sebuah kenyataan pahit bahwa nasi kuning buatanku itu hanya terjual empat (4) bungkus saja, dan sebelum nasi nasi itu menjadi rusak karena basi, akupun memberikan seluruh sisa nasi kuning tersebut kepada anak anak kecil para penghuni rumah kontrakan yang berada dibelakang warung tempat kami berjualan. Dan tanpa pernah terpikirkan sebelumnya, kesedihanku berubah menjadi sebuah kebahagiaan yang tidak akan pernah terbeli dengan nilai berapapun juga, karena anak anak kecil yang menerima pemberianku itu begitu gembiranya, mereka bagai mendapatkan hadiah spesial seperti jika salah satu teman mereka ada yang merayakan ulang tahun.

Sepenggal cerita diatas bukan sekedar lamunan kosongku semata yang kerap menemaniku sebelum  aku beranjak tidur, melainkan sebuah kejadian yang sesungguhnya terjadi dan semua itu aku lakukan sekedar untuk melatih diriku sendiri jika suatu hari nanti aku bisa benar benar sembuh dari penyakit yang mempunyai julukan The Silent Killer ini.

Ya,,, seandainya aku sembuh, aku harus bisa kembali menjadi tulang punggung keluargaku yang mana selama hampir delapan tahun ini aku tidak bisa menunaikan kewajibanku dalam mencari nafkah. Dan sejujurnya, kemungkinan besar aku sudah terlanjur nyaman dengan kondisiku beberapa tahun belakangan ini, sehingga dibutuhkan sebuah proses semacam ‘asimilasi yang aku butuhkan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebagaimana layaknya orang sehat, terutama dalam hal menjemput karunia Allah dan Rizki yang halal untukku dan seluruh keluarga kecilku, dengan cara membuka sebuah bidang usaha baru karena untuk mencari sebuah pekerjaan sepertinya sudah tidak mungkin lagi aku lakukan karena usiaku tahun ini sudah mencapai 46 tahun dan aku cukup tahu diri.

Atau,,, mungkin saja aku yang terlalu pe’de  bahwa aku akan segera sembuh ???
Kenapa tidak,,,,? he he he…..

Smangaaat,,, !

Tulisan Terkait :

– Beri Aku PetunjukMu
– Sepotong Doa buat Sahabat
– Nasi Liwet

Comments
  1. sulastri says:

    semangat yang luar biasa bang dan harus terus berkobar. setiap hari aku membuka blok abang karena aku merasa ada setitik harapan di sini. dan trerimakasih kami ucapkan kepada abang dan ibu yuli yang telah bersedia membantu kami orang desa ini.
    lembar demi lembar aku membaca semua isi tulisan abang menbuat kami terharu bahkan meneteskan air mata karena kondisi kamipun mungkin lebih buruk dari pada abang semenjak suami saya difonis leokimia sejak saat itu pula seolah kehidupan kami berhenti berputar apalagi jika kami memandang wajah kedua buah hati kami yang masih begitu kecil menerima semua ini.
    kamipun harus rela mengontrakkan toko kami yang selama ini sebagai tempat suami sy mencari nafkah.sedangkan saya sendiri hanya sebagai guru honorer yang tidak seberapa gajinya mungkin abang bisa bayangkan.
    tapi kami yakin dibalik ujian ini pastilah ALLOH mempunyai rencana yang indah untuk kami karena tidak mungkin ALLOH memberikan cobaan diluar kemampuan kita dan semoga semua ini cepat berlalu dengan hari esuk yang lebih indah ” AMINYAROBBAL ‘ALAMIN” maaf jdi curhat.

  2. Julie Marsudi says:

    apa kabar ibu sulastri gmn keadaan bapak sekarang , mudah2an sehat
    , dan yg penting harus semangat spt mas oce, sama spt saya selalu membuka blok mas oce juga

  3. sulastri says:

    alhamdulillah baik bu yuli dan kami mengucapkan banyak2 terimakasih atas segala bantuannya.Alhamdulillah suami semakin seger makannya udah mulai banyak tdk terasa penuh lagi di perut dan insyaalloh tgl 28 mrt ini sy mau ke pak H. Hadi dan mudah2an suatu saat Alloh mempertemukan kita dalam kondisi yang semakin baik. AMIIN YA ROBBAL’ALAMIN……..

  4. ocekojiro says:

    Eeeh,,, ibu ibu lagi pade ngerumpi’in blog saya yaa? Jadi ge’ er neeh,,,,,,,,,, hehehe

  5. sulastri says:

    ah bisa aja abang. eh ngomong2 nasi kuningnya kelihatan enak sekali kalo dijual di ponorogo kayaknya laku keras tuh. eh bang kalau dirasa2 emang blok abang tuh luar biasa membuat orang yang sudah klepek2 jadi semangat lagi hehehe…….semoga kami tetep semangat spt abang dan tetep yakin kl semua penyakit pasti ada obatnya dan itu sudah di janjikan oleh ALLOH. Wassalam…..

  6. ocekojiro says:

    @Sulastri
    Porsi nasi kuningnya memang tidak terlalu banyak, sudah diseting akan segera habis meskipun perut belum terlalu kenyang,,, namun yang pasti akan menjadi berkah dan ueennak tenan, soalnya ada beberapa tambahan bumbu rahasia sehingga menjadi sangat spesial,,, diantaranya adalah bumbu semangat yang dicampur dengan bumbu kesabaran dan keiklasan, juga ada bumbu cinta dan kasih sayang terhadap sesama….
    (Promosi dot com,,, ha ha ha)

  7. Julie Marsudi says:

    wah muannntap jo……ini ngomong2 sama ibu lastri kayaknya bisa ketemu di bdg, soalnya aku punya rencana rabu ini juga, ok mudah2an bisa ketemu ya bu…..numpang lewat ya mas oce

  8. sulastri says:

    waduh bu yuli aku rabo baru berangkat dari ponorogo mungkin nyampe bdg hr kamis. maaf kalau bisa ibu aja yang di undur hari kamis krn aku udah terlanjur pesen tiket kereta . maaf bang oce numpang janjian sama bu yulie ya………. thank you.

  9. Sutanto Tan says:

    Aku terharu membaca tulisan abang di atas. Abang Oce harus kuat dan bersabar. Aku yakin abang akan disembuhkan..

  10. kekem says:

    kenapa ngk kirim ke rumah ku aza….pasti di terima dengan senang hati

  11. ocekojiro says:

    @Sulastri & Julie Marsudi
    Monggo dilanjut janjiannya,,,, dan salam buat pak H. Hadi.

    @Sutanto Tan
    Terimakasih banyak mas atas kunjungan dan doanya…
    Ketelatenan dan ketegaran mas dalam merawat Velicia hingga membuahkan kesembuhan baginya adalah contoh nyata sebuah keberanian yang luar biasa, yang mana tidak akan pernah dimiliki oleh seseorang kecuali orang orang yang ‘terpilih.
    Salam buat si cantik Velicia,,, semoga menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

    @Kekem
    Waahhh, lagi musim demo bu haji,,,, takut gak nyampe kesana malah ikut ikutan demo,,, heheh

  12. yayuk says:

    ass mas, udh lama nggk nyapa blog mas oce, sepertinya mas oce, semakin sehat, udh bisa masak nasi kuning, uenak pastinya….hahahahaa…semangat ya mas, insya allah mas pasti sehat…mas oce emang mantap, bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang…cayyyyoo mas oce….

  13. ocekojiro says:

    @Yayuk
    Walaikum salam Wr Wb,,, senang rasanya mbak masih mau menjalin silaturahmi dg saya meskipun kita hanya sekali bertemu.
    Salam buat keluarga di Dumai, dan semoga mbak dan seluruh keluarga selalu dalam lindunganNya, amin.

  14. Julie Marsudi says:

    akhirnya ktm juga sama bu lastri, sayang mas oce gak ikut…..pagi2 mkn nasi kuning jadi inget mas oce …he…he…he

  15. sulastri says:

    ya saya juga ngak nyangka bisa berani kebandung sendiri hingga bisa mempertemukanku dengan bu yuli dan itu suatu pengalaman yang luar biasa karena ALLOH sangat memudahkan perjalananku di kota yang baru aku kenal bahkan dengan bahasa sunda yang tidak aku pahami sama sekali. dan dan semoga dengan kemudahan ini bertanda baik semoga lain kali bisa bertemu dgn bang oce juga AMIN YA ROBBAL ‘ALAMIN……….

  16. Jajang Jarkoni says:

    Salam kenal kang Oce, trimakasih ats pencerahannya. Sy br bc artikel2 akang 2 hari terakhir ini….
    Sy jg didiagnosa LGK sejak 2 tahun lalu dan sampai saat ini sy hrs rutin mnm chytodrox.

Komentar Anda :